Semakin sering terdengar keluhan bahwa moral sudah semakin rusak, banyak orang konflik berebut kehormatan, pangkat, jabatan, harta benda, dan lain-lain. Selain itu, dirasakan orang selalu mementingkan dirinya sendiri, tidak mau bersyukur, dan lebih mengikuti keinginan hawa nafsu. Demikian juga banyak orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta tanpa peduli kebutuhan orang lain.
Melihat kenyataan tersebut ternyata ada sementara orang yang merasa prihatin dan gelisah. Mereka melihat ada sesuatu yang bersifat kontradikstif. Pendidikan semakin maju, di mana-mana ada sekolah, madrasah, perguruan tinggi dan bahkan juga perguruan tinggi berbasis agama, tetapi ternyata belum berhasil menyelesaikan masalah. Banyaknya lembaga pendidikan tersebut menjadikan orang pintar semakin banyak, sarjana ada di mana-mana, akan tetapi moral masyarakat dirasakan semakin merosot.
Hal-hal yang dulu dirasakan jelek sekarang dianggap menjadi baik, sesuatu yang dulu dirasa malu dilakukan, sekarang justru bangga menjalankannya, dusta dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Pejabat yang seharusnya berpikir dan bekerja untuk kepentingan rakyat, tetapi yang terjadi justru banyak yang menyengsarakan rakyat. Tugas pemimpin dan ulama adalah memberikan contoh kebaikan, namun ternyata justru keburukan yang ditampakkan. Berseteru, konflik, berebut posisi dan sejenisnya dianggap bukan sesuatu yang jelek. Karena itu bermai-ramai mereka lakukan.
Menjelaskan zaman yang sedemikian memprihatinkan itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Gambaran masyarakat yang sedemikian memprihatinkan itu disebabkan oleh karena al Qur�an semakin diabaikan dan bahkan ditinggalkan. Al Qur�an menganjurkan agar di antara sesama saling mengenal, memahami, menghargai, menyayangi, dan tolong menolong, ternyata yang terjadi saling berebut dan menjatuhkan. Sillaturrahmi diganti dengan saling bermusuhan.
Al Qur�an menganjurkan agar harta tidak berputar pada orang atau sekelompok tertentu, maka yang terjadi adalah justru sebaliknya. Sebagian kecil menguasai harta kekayaan hingga mengakibatkan orang lain tidak mendapatkannya. Sekelompok kecil bergelimang dengan harta sekalipun tanpa diketahui kegunaannya, kecuali sekedar untuk menyombongkan diri, sementara banyak orang berkekurangan. Akibat dari meninggalkan pesan al Qur�an itu, maka ekonomi tidak berjalan. Terlalu banyak orang yang tidak punya uang, sehingga sekalipun banyak dagangan menjadi tidak laku dijual atau tidak ada orang yang membeli.
Kitab suci mengajarkan tentang keadilan terhadap siapapun, tetapi ajaran yang mulia itu diabaikan. Dalam menyelesaikan hukum, mereka yang kaya terbebas dari perkara dengan cara menyuap. Sementara itu yang miskin, sekalipun kesalahannya kecil dan sederhana, tidak akan bisa selamat. Hukum yang seharusnya dijalankan untuk memenuhi rasa keadilan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Selain itu, pemimpin yang seharusnya dipilih dari orang-orang yang memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh dan fathonah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi, ternyata diubah, yaitu menjadi orang-orang yang mampu membayar oleh karena memiliki uang.
Al Qur�an mengajarkan tentang kejujuran yang seharusnya dijalankan, namun yang terjadi adalah kebohongan, kepalsuan, kepura-puraan, manipulasi, dan seterusnya. Semua jenis penyimpangan itu dianggap biasa. Sebagai akibatnya, banyak orang tidak mudah mempercayai antar sesama. Bahkan, sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan menjadi tidak mudah disampaikan oleh karena di tengah-tengah masyarakat sudah terjadi saling tidak percaya itu. Suatu misal, ada seseorang datang ingin menjelaskan tentang al Qur�an, ternyata dicurigai dan bahkan ditolak, sebagai akibat saling tidak percaya dan selalu khawatir akan adanya sesuatu dibalik kegiatan yang tidak lazim, dan seterusnya.
Umpama saja al Qur�an dijalankan oleh semua orang maka kehidupan ini pasti akan menyenangkan. Antar sesama akan saling mengenal, menghargai, menyayangi, dan tolong menolong. Andaikan al Qur�an dipedomani maka tidak akan ada orang yang tamak, menguasai sumber-sumber ekonomi secara berlebihan hingga mengakibatkan orang lain tidak mendapatkannya. Keadilan dijalankan terhadap siapapun, orang akan merasa sukses hidupnya jika telah memberi manfaat terhadap sesama, kejujuran akan mewarnai kehidupan, dan seterusnya Sayangnya, kitab suci al Qur�an berisi ajaran, petunjuk, dan pedoman hidup yang sedemikian indah dan mulia, belum nyampai dan apalagi dilaksanakan oleh semua orang. Akibatnya, kehidupan menjadi tidak menentu dan semakin sulit dijalani oleh semua orang. Wallahu a�lam -
Melihat kenyataan tersebut ternyata ada sementara orang yang merasa prihatin dan gelisah. Mereka melihat ada sesuatu yang bersifat kontradikstif. Pendidikan semakin maju, di mana-mana ada sekolah, madrasah, perguruan tinggi dan bahkan juga perguruan tinggi berbasis agama, tetapi ternyata belum berhasil menyelesaikan masalah. Banyaknya lembaga pendidikan tersebut menjadikan orang pintar semakin banyak, sarjana ada di mana-mana, akan tetapi moral masyarakat dirasakan semakin merosot.
Hal-hal yang dulu dirasakan jelek sekarang dianggap menjadi baik, sesuatu yang dulu dirasa malu dilakukan, sekarang justru bangga menjalankannya, dusta dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Pejabat yang seharusnya berpikir dan bekerja untuk kepentingan rakyat, tetapi yang terjadi justru banyak yang menyengsarakan rakyat. Tugas pemimpin dan ulama adalah memberikan contoh kebaikan, namun ternyata justru keburukan yang ditampakkan. Berseteru, konflik, berebut posisi dan sejenisnya dianggap bukan sesuatu yang jelek. Karena itu bermai-ramai mereka lakukan.
Menjelaskan zaman yang sedemikian memprihatinkan itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Gambaran masyarakat yang sedemikian memprihatinkan itu disebabkan oleh karena al Qur�an semakin diabaikan dan bahkan ditinggalkan. Al Qur�an menganjurkan agar di antara sesama saling mengenal, memahami, menghargai, menyayangi, dan tolong menolong, ternyata yang terjadi saling berebut dan menjatuhkan. Sillaturrahmi diganti dengan saling bermusuhan.
Al Qur�an menganjurkan agar harta tidak berputar pada orang atau sekelompok tertentu, maka yang terjadi adalah justru sebaliknya. Sebagian kecil menguasai harta kekayaan hingga mengakibatkan orang lain tidak mendapatkannya. Sekelompok kecil bergelimang dengan harta sekalipun tanpa diketahui kegunaannya, kecuali sekedar untuk menyombongkan diri, sementara banyak orang berkekurangan. Akibat dari meninggalkan pesan al Qur�an itu, maka ekonomi tidak berjalan. Terlalu banyak orang yang tidak punya uang, sehingga sekalipun banyak dagangan menjadi tidak laku dijual atau tidak ada orang yang membeli.
Kitab suci mengajarkan tentang keadilan terhadap siapapun, tetapi ajaran yang mulia itu diabaikan. Dalam menyelesaikan hukum, mereka yang kaya terbebas dari perkara dengan cara menyuap. Sementara itu yang miskin, sekalipun kesalahannya kecil dan sederhana, tidak akan bisa selamat. Hukum yang seharusnya dijalankan untuk memenuhi rasa keadilan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Selain itu, pemimpin yang seharusnya dipilih dari orang-orang yang memiliki sifat siddiq, amanah, tabligh dan fathonah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi, ternyata diubah, yaitu menjadi orang-orang yang mampu membayar oleh karena memiliki uang.
Al Qur�an mengajarkan tentang kejujuran yang seharusnya dijalankan, namun yang terjadi adalah kebohongan, kepalsuan, kepura-puraan, manipulasi, dan seterusnya. Semua jenis penyimpangan itu dianggap biasa. Sebagai akibatnya, banyak orang tidak mudah mempercayai antar sesama. Bahkan, sesuatu yang sebenarnya dibutuhkan menjadi tidak mudah disampaikan oleh karena di tengah-tengah masyarakat sudah terjadi saling tidak percaya itu. Suatu misal, ada seseorang datang ingin menjelaskan tentang al Qur�an, ternyata dicurigai dan bahkan ditolak, sebagai akibat saling tidak percaya dan selalu khawatir akan adanya sesuatu dibalik kegiatan yang tidak lazim, dan seterusnya.
Umpama saja al Qur�an dijalankan oleh semua orang maka kehidupan ini pasti akan menyenangkan. Antar sesama akan saling mengenal, menghargai, menyayangi, dan tolong menolong. Andaikan al Qur�an dipedomani maka tidak akan ada orang yang tamak, menguasai sumber-sumber ekonomi secara berlebihan hingga mengakibatkan orang lain tidak mendapatkannya. Keadilan dijalankan terhadap siapapun, orang akan merasa sukses hidupnya jika telah memberi manfaat terhadap sesama, kejujuran akan mewarnai kehidupan, dan seterusnya Sayangnya, kitab suci al Qur�an berisi ajaran, petunjuk, dan pedoman hidup yang sedemikian indah dan mulia, belum nyampai dan apalagi dilaksanakan oleh semua orang. Akibatnya, kehidupan menjadi tidak menentu dan semakin sulit dijalani oleh semua orang. Wallahu a�lam -
Sumber : Imamsuprayogo.com