Salah satu penyakit hati pada setiap manusia adalah suka menipu. Siapa saja jika memungkinkan akan ditipu. Lebih parah lagi, ada sementara orang jika berhasil menipu orang lain, dirinya diangap sukses. Akhirnya, tipu menipu dianggap sebagai perbuatan biasa sehari-hari yang tidak beresiko menambah dosa dan juga tidak merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.
Tidak adanya kesadaran bahwa menipu itu buruk dan harus dihindari maka siapa saja, jika memungkinkan akan ditipu. Padahal belum tentu, apa yang dilakukan itu membawa keuntungan. Akan tetapi itulah yang menjadi kebiasaan. Mulai hal yang sepele, sekalipun bisa mengatakan dengan jujur, seseorang merasa lebih enak jika berhasil mengatakan yang bukan sebenarnya.
Isteri atau sebaliknya suaminya dengan enaknya ditipu. Padahal, Islam mengajarkan kepada siapapun agar tidak berbohong atau tidak menipu. Oleh karena itu, seseorang yang masih belum mampu menghentikan kebiasaan buruk dimaksud, sebenarnya belum sempurna keber-Islamannya. Sebagai umatnya, ajaran yang mulia tersebut seharusnya diikuti sepenuhnya. Sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah yang merupakan sifat nabi, seharunya berusaha diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad saw., sepanjang masa hidupnya, dikenal oleh masyarakat lingkungannya, ���-tidak terkecuali oleh kaum jahiliyah, sebagai orang yang tidak pernah berbohong sedikitpun. Atas sifatnya itu, utusan Allah yang terakhir itu diberi sebutan al Amien, artinya adalah orang yang terpercaya. Adapun mereka yang membencinya, bukan oleh karena perilakunya yang buruk, melainkan justru ia mengajak pada kebaikan. Sebab tatkala kebaikan itu mulai dijalankan, pasti akan banyak orang yang merasa terganggu dan terugikan.
Dengan adanya perubahan dari kehadiran Islam itu, orang-orang yang semula sudah mapan dan mendapatkan keuntungan, misalnya mendapatkan kehormatan dan hak-hak istimewa sebagai tokoh atau pemimpin suku, dan juga keleluasaannya menindas orang kelas bawah, menjadikan orang lemah sebagai budak, kaum wanita bisa diperlakukan sekehendaknya, dan seterusnya, maka akan merasa terganggu. Kehadiran Islam yang dibawa oleh Muhammad saw., dianggap sebagai sesuatu yang merugikannya.
Kenyataan tersebut sebenarnya masih ada atau tersisa hingga sekarang. Tidak semua orang menginginkan perubahan dan kemajuan. Manakala dari perubahan itu seseorang akan merugi, ���-jabatannya dicopot misalnya, maka sebaik apapun perubahan itu akan dihadang. Banyak orang akan lebih menyukai keberuntungan dibanding dengan kemajuan. Jika harus memilih, antara kemajuan dan keberuntungan, maka kebanyakan orang akan memilih tidak maju asalkan beruntung. Begitu pula, sekalipun menipu itu diakui jelek, akan selalu dilakukan asalkan mereka beruntung dan merasa aman.
Resiko dari perbuatan tidak jujur sebenarnya sedemikian besar dan mahal. Orang akan menjadi celaka akibat dari banyak orang tidak jujur. Oleh karena banyak orang tidak jujur, maka di tengah kehidupan masyarakat harus ada polisi, jaksa, hakim, KPK, satpol PP, Inspektorat, BPK, BPKP, dan lain-lain yang semuanya itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat dan negara. Selain itu, agar tidak terjadi tipu menipu, harus diciptakan sebuah sistem yang tidak mudah, misalnya menyangkut pelaporan keuangan yang didukung oleh tenaga yang tidak sedikit dan tentu berbiaya mahal.
Namun ternyata, betapa orang menyukai tipu menipu, hingga dirinya sendiri saja juga ditipu. Sebagai contoh sederhana, seseorang yang sebenarnya sakit mengatakan tidak sakit. Contoh lainnya, sebelum tidur malam, seseorang berniat shalat malam pada waktu yang ditentukan sendiri. Jika niat itu sudah bulat, maka akan terbangun juga. Akan tetapi, setelah bangun, yang bersangkutan tidak selalu segera memenuhi niatnya itu, ialah bangun dari tidurnya lalu shalat malam. Bisa saja, setelah bangun, ternyata lebih memilih tidur lagi.
Kebiasaan menipu adalah sangat berbahaya bagi seorang pemimpin. Siapapun yang sedang berposisi sebagai pemimpin, maka harus dipercaya dan kemudian diikuti oleh bawahannya. Manakala seorang pemimpin, ��-pemimpin apa saja ketahuan suka menipu atau mengatakan sesuatu yang tidak benar, maka yang bersangkutan akan kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan, ialah kepercayaan. Sedangkan pemimpin yang sudah tidak dipercaya lagi oleh bawahannya, maka sebenarnya habislah semua kekuatannya.
Namun pada kenyataannya, betapa banyak orang menyukai atau memilih berbohong dan menipu hingga terhadap dirinya sendiri sekalipun, dan apalagi terhadap orang lain. Padahal umpama saja, setiap orang berhasil menjaga kejujuran, atau tidak suka menipu, maka betapa indahnya kehidupan ini. Setiap orang menjadi saling percaya terhadap sesama. Maka, kidupan akan menjadi damai, dan itulah sebenarnya misi utama kehadiran Islam, ialah memperbaiki akhlak, di antaranya agar kehidupan ini tidak dikotori oleh perbuatan tipu menipu atau kebohongan. Wallahu a�lam -
Tidak adanya kesadaran bahwa menipu itu buruk dan harus dihindari maka siapa saja, jika memungkinkan akan ditipu. Padahal belum tentu, apa yang dilakukan itu membawa keuntungan. Akan tetapi itulah yang menjadi kebiasaan. Mulai hal yang sepele, sekalipun bisa mengatakan dengan jujur, seseorang merasa lebih enak jika berhasil mengatakan yang bukan sebenarnya.
Isteri atau sebaliknya suaminya dengan enaknya ditipu. Padahal, Islam mengajarkan kepada siapapun agar tidak berbohong atau tidak menipu. Oleh karena itu, seseorang yang masih belum mampu menghentikan kebiasaan buruk dimaksud, sebenarnya belum sempurna keber-Islamannya. Sebagai umatnya, ajaran yang mulia tersebut seharusnya diikuti sepenuhnya. Sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah yang merupakan sifat nabi, seharunya berusaha diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad saw., sepanjang masa hidupnya, dikenal oleh masyarakat lingkungannya, ���-tidak terkecuali oleh kaum jahiliyah, sebagai orang yang tidak pernah berbohong sedikitpun. Atas sifatnya itu, utusan Allah yang terakhir itu diberi sebutan al Amien, artinya adalah orang yang terpercaya. Adapun mereka yang membencinya, bukan oleh karena perilakunya yang buruk, melainkan justru ia mengajak pada kebaikan. Sebab tatkala kebaikan itu mulai dijalankan, pasti akan banyak orang yang merasa terganggu dan terugikan.
Dengan adanya perubahan dari kehadiran Islam itu, orang-orang yang semula sudah mapan dan mendapatkan keuntungan, misalnya mendapatkan kehormatan dan hak-hak istimewa sebagai tokoh atau pemimpin suku, dan juga keleluasaannya menindas orang kelas bawah, menjadikan orang lemah sebagai budak, kaum wanita bisa diperlakukan sekehendaknya, dan seterusnya, maka akan merasa terganggu. Kehadiran Islam yang dibawa oleh Muhammad saw., dianggap sebagai sesuatu yang merugikannya.
Kenyataan tersebut sebenarnya masih ada atau tersisa hingga sekarang. Tidak semua orang menginginkan perubahan dan kemajuan. Manakala dari perubahan itu seseorang akan merugi, ���-jabatannya dicopot misalnya, maka sebaik apapun perubahan itu akan dihadang. Banyak orang akan lebih menyukai keberuntungan dibanding dengan kemajuan. Jika harus memilih, antara kemajuan dan keberuntungan, maka kebanyakan orang akan memilih tidak maju asalkan beruntung. Begitu pula, sekalipun menipu itu diakui jelek, akan selalu dilakukan asalkan mereka beruntung dan merasa aman.
Resiko dari perbuatan tidak jujur sebenarnya sedemikian besar dan mahal. Orang akan menjadi celaka akibat dari banyak orang tidak jujur. Oleh karena banyak orang tidak jujur, maka di tengah kehidupan masyarakat harus ada polisi, jaksa, hakim, KPK, satpol PP, Inspektorat, BPK, BPKP, dan lain-lain yang semuanya itu dimaksudkan untuk menjaga agar tidak terjadi penyimpangan yang merugikan masyarakat dan negara. Selain itu, agar tidak terjadi tipu menipu, harus diciptakan sebuah sistem yang tidak mudah, misalnya menyangkut pelaporan keuangan yang didukung oleh tenaga yang tidak sedikit dan tentu berbiaya mahal.
Namun ternyata, betapa orang menyukai tipu menipu, hingga dirinya sendiri saja juga ditipu. Sebagai contoh sederhana, seseorang yang sebenarnya sakit mengatakan tidak sakit. Contoh lainnya, sebelum tidur malam, seseorang berniat shalat malam pada waktu yang ditentukan sendiri. Jika niat itu sudah bulat, maka akan terbangun juga. Akan tetapi, setelah bangun, yang bersangkutan tidak selalu segera memenuhi niatnya itu, ialah bangun dari tidurnya lalu shalat malam. Bisa saja, setelah bangun, ternyata lebih memilih tidur lagi.
Kebiasaan menipu adalah sangat berbahaya bagi seorang pemimpin. Siapapun yang sedang berposisi sebagai pemimpin, maka harus dipercaya dan kemudian diikuti oleh bawahannya. Manakala seorang pemimpin, ��-pemimpin apa saja ketahuan suka menipu atau mengatakan sesuatu yang tidak benar, maka yang bersangkutan akan kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan, ialah kepercayaan. Sedangkan pemimpin yang sudah tidak dipercaya lagi oleh bawahannya, maka sebenarnya habislah semua kekuatannya.
Namun pada kenyataannya, betapa banyak orang menyukai atau memilih berbohong dan menipu hingga terhadap dirinya sendiri sekalipun, dan apalagi terhadap orang lain. Padahal umpama saja, setiap orang berhasil menjaga kejujuran, atau tidak suka menipu, maka betapa indahnya kehidupan ini. Setiap orang menjadi saling percaya terhadap sesama. Maka, kidupan akan menjadi damai, dan itulah sebenarnya misi utama kehadiran Islam, ialah memperbaiki akhlak, di antaranya agar kehidupan ini tidak dikotori oleh perbuatan tipu menipu atau kebohongan. Wallahu a�lam -
Sumber : Imamsuprayogo.com