JDG
tersangka pembunuhan Marhaposan saat memperagakan adegan pada
rekonstruksi, Rabu (15/6). Terungkap bahwa JDG ingin memiliki sepeda
motor korban. Foto: Jonli/Metro Siantar/JPNN,com
SIMALUNGUN – Polisi telah menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Marhaposan Siahaan, pada Rabu (15/6). Pelakunya adalah JDG (16), siswa SMA di Pematang Siantar, Sumut.
Dari rekonstruksi terungkap JDG sempat kesal karena korban memegang daerah sensitifnya berulangkali.
Adapun 42 adegan yang digelar, bermula saat JDG berada di ladang oppungnya pada 30 Mei 2016. Saat itu, tersangka menyimpan pisau belati di gubuk yang berada di sana.
Keesokan harinya, tepat pada 31 Mei sekira pukul 14.00 WIB, JDG sekolah dan langsung pergi ke ladang di Juma Anggap, Huta Sibombong, Kelurahan Dalig Raya.
Di ladang oppungnya itu, ia kemudian menggali tanah. Saat itu JDG memang sudah merencanakan membuat kuburan untuk korban. Namun aksinya itu dilihat TJ, oppungnya. TJ pun mempertanyakan untuk kepentingan apa tanah di ladangnya digali.
Namun saat itu JDG beralasan, tanah digali untuk tempat kompos. Sebelum galian usai, hujan pun turun. Selanjutnya JDG dan oppungnya pulang ke rumah. Sore harinya sekira pukul 17.00WIB, JDG chatting melalui facebook dengan Marhaposan.
Setelah cerita panjang lebar, Marhaposan mengajak JDG jalan-jalan. Ajakan itu kemudian ditolaknya dengan alasan masih sibuk.
Selanjutnya, sekira pukul 19.00WIB, JDG kembali menjalin komunikasi lewat facebook. Saat itu JDG menyuruh korban datang ke gereja di Dalig Raya atau 20 meter dari rumahnya. Di sanalah keduanya bertemu dan akhirnya sepakat untuk jalan-jalan menikmati malam.
Dari rekonstruksi terungkap JDG sempat kesal karena korban memegang daerah sensitifnya berulangkali.
Adapun 42 adegan yang digelar, bermula saat JDG berada di ladang oppungnya pada 30 Mei 2016. Saat itu, tersangka menyimpan pisau belati di gubuk yang berada di sana.
Keesokan harinya, tepat pada 31 Mei sekira pukul 14.00 WIB, JDG sekolah dan langsung pergi ke ladang di Juma Anggap, Huta Sibombong, Kelurahan Dalig Raya.
Di ladang oppungnya itu, ia kemudian menggali tanah. Saat itu JDG memang sudah merencanakan membuat kuburan untuk korban. Namun aksinya itu dilihat TJ, oppungnya. TJ pun mempertanyakan untuk kepentingan apa tanah di ladangnya digali.
Namun saat itu JDG beralasan, tanah digali untuk tempat kompos. Sebelum galian usai, hujan pun turun. Selanjutnya JDG dan oppungnya pulang ke rumah. Sore harinya sekira pukul 17.00WIB, JDG chatting melalui facebook dengan Marhaposan.
Setelah cerita panjang lebar, Marhaposan mengajak JDG jalan-jalan. Ajakan itu kemudian ditolaknya dengan alasan masih sibuk.
Selanjutnya, sekira pukul 19.00WIB, JDG kembali menjalin komunikasi lewat facebook. Saat itu JDG menyuruh korban datang ke gereja di Dalig Raya atau 20 meter dari rumahnya. Di sanalah keduanya bertemu dan akhirnya sepakat untuk jalan-jalan menikmati malam.
Keduanya berboncengan mengendarai Honda Vario korban. Ketika hendak melaju menuju Kampung Baru, ternyata bensin sepedamotor itu hampir habis.
Alhasil, keduanya bergerak menuju SPBU di Pematang Raya dengan melintasi Jalan Jon Horailam Saragih atau dari depan Polres Simalungun.
Sampai di jalan tanjakan yang sepi, tiba-tiba saja korban memegang daerah sensitif JDG menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanannya fokus mengendarai sepedamotor.
“Jangan, nanti saja,” ujar JDG saat itu, seperti yang diperankan dalam rekonstruksi. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan hingga selesai mengisi BBM.
Kemudian Marhaposan bertanya kepada JDG ke mana lokasi yang tepat untuk mereka sambangi. Lalu JDG memberitahukan ladang oppungnya. Mereka pun berganti posisi mengendarai sepedamotor.
Sebelum sampai di ladang, menurut pengakuan JDG, korban kembali memegangi daerah sensitifnya. Posisi korban saat itu sudah di belakang, duduk di boncengan tersangka. JDG pun berusaha menghindar dengan gerakan tubuhnya.
Setibanya di perladangan Juma Anggap, Huta Sibombong, keduanya berteduh di gubuk dan menyalakan api unggun. Namun saat berada di dekat api unggun yang menyala, korban kembali meraba daerah sensitif tersangka. Untuk kesekian kali, remaja asal Lubuk Pakam ini pun menepisnya.
Dengan perasaan kesal, JDG kemudian pergi ke samping gubuk hendak buang air kecil. Namun korban mengikutinya.
Alhasil, keduanya bergerak menuju SPBU di Pematang Raya dengan melintasi Jalan Jon Horailam Saragih atau dari depan Polres Simalungun.
Sampai di jalan tanjakan yang sepi, tiba-tiba saja korban memegang daerah sensitif JDG menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanannya fokus mengendarai sepedamotor.
“Jangan, nanti saja,” ujar JDG saat itu, seperti yang diperankan dalam rekonstruksi. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan hingga selesai mengisi BBM.
Kemudian Marhaposan bertanya kepada JDG ke mana lokasi yang tepat untuk mereka sambangi. Lalu JDG memberitahukan ladang oppungnya. Mereka pun berganti posisi mengendarai sepedamotor.
Sebelum sampai di ladang, menurut pengakuan JDG, korban kembali memegangi daerah sensitifnya. Posisi korban saat itu sudah di belakang, duduk di boncengan tersangka. JDG pun berusaha menghindar dengan gerakan tubuhnya.
Setibanya di perladangan Juma Anggap, Huta Sibombong, keduanya berteduh di gubuk dan menyalakan api unggun. Namun saat berada di dekat api unggun yang menyala, korban kembali meraba daerah sensitif tersangka. Untuk kesekian kali, remaja asal Lubuk Pakam ini pun menepisnya.
Dengan perasaan kesal, JDG kemudian pergi ke samping gubuk hendak buang air kecil. Namun korban mengikutinya.
Begitu posisi keduanya dekat, JDG memeluknya dari belakang sambil memegang kembali daerah sensitif di tubuh korban. Melihat itu, tersangka langsung mengambil pisau belati dari atap gubuk.
Pisau itu ditusukkan ke perut korban. Spontan, korban kesakitan. Lalu, JDG mendekat dan kembali menghunuskan belati ke bagian dada hingga korban terjatuh. Berhasil melumpuhkan korban, JDG masuk ke gubuk dan menyalakan api sambil menunggu korban meninggal dunia.
Beberapa menit kemudian, JDG kembali mendekat dan mengecek apakah korban sudah meninggal dunia. Namun karena korban masih bernafas, ia kembali menancapkan belati ke perut korban.
Setelah meninggal dunia, JDG mengambil cincin dan kalung korban. Kemudian menguburkan jenazahnya di tanah galian yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah dikuburkan, JDG menutupi tanah itu menggunakan pohon jagung, agar tidak ketahuan.
Saat itu, sandal, topi dan handphone korban dibakar. Sementara sepedamotor, cincin dan kalung dibawa ke rumah oppungnya. (jos/hez/sam/jpnn)
Pisau itu ditusukkan ke perut korban. Spontan, korban kesakitan. Lalu, JDG mendekat dan kembali menghunuskan belati ke bagian dada hingga korban terjatuh. Berhasil melumpuhkan korban, JDG masuk ke gubuk dan menyalakan api sambil menunggu korban meninggal dunia.
Beberapa menit kemudian, JDG kembali mendekat dan mengecek apakah korban sudah meninggal dunia. Namun karena korban masih bernafas, ia kembali menancapkan belati ke perut korban.
Setelah meninggal dunia, JDG mengambil cincin dan kalung korban. Kemudian menguburkan jenazahnya di tanah galian yang sudah disiapkan sebelumnya. Setelah dikuburkan, JDG menutupi tanah itu menggunakan pohon jagung, agar tidak ketahuan.
Saat itu, sandal, topi dan handphone korban dibakar. Sementara sepedamotor, cincin dan kalung dibawa ke rumah oppungnya. (jos/hez/sam/jpnn)
Sumber : Jpnn.com