Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Yusril Ihza Mahendra dan Mimpinya Menjadi Gubernur Jakarta yang Terakhir

Sabtu, 18 Juni 2016 | 23.30 WIB Last Updated 2016-06-18T16:30:26Z
Nibras Nada Nailufar Yusril Ihza Mahendra dalam acara sosialisasi bakal calon gubernur DKI Jakarta di DPP PAN, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (17/6/2016).

JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Yusril Ihza Mahendra kemarin telah menjalani sosialisasi bakal calon Partai Amanat Nasional, Kamis (17/6/2016). Dalam acara itu, Yusril diminta menyampaikan visi dan misinya di hadapan anggota DPW PAN DKI Jakarta, dan panel yang berasal dari Dewan Kehormatan PAN.

PAN yang mengaku secara informal sudah mendukung Yusril, memuji kepiawaian mantan Menteri Kehakiman itu. Kemampuan Yusril di bidang hukum dan tata negara, dianggap sebagai nilai jual terbesar Yusril.

Yusril pun mengungkapkan pandangannya membenahi masalah Jakarta terutama melalui kerangka hukum.

"Saya ingin Jakarta langsung ditangani oleh pemerintah pusat bukan pemda. Saya kira orang yang belajar hukum tata negara akan bingung istilah Jakarta ibukota negara tapi pemerintah daerah juga, ini kan menimbulkan banyak kesulitan. Kalau ini diterapkan nanti saya akan jadi gubernur Jakarta terakhir," ujarnya.

Yusril menilai Jakarta seharusnya ditangani langsung oleh menteri alih-alih gubernur. Sebab, Jakarta memiliki fungsi pokok sebagai ibu kota.

Pria yang kerap disapa Prof ini menceritakan pengalamannya sewaktu berperan sebagai Ketua Panitia Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika.

"Waktu itu bingung bagaimana menyambut kepala negara semuanya serentak di Jakarta, saya usulkan waktu itu bagaimana kalau Jakarta libur saja tiga hari. Tapi pemerintah pusat tidak punya kewenangan meliburkan Jakarta, yang punya itu Sutiyoso," ujarnya.

Ia pun menilai selama ini Jakarta kesulitan mengatasi permasalahan akutnya seperti macet, banjir, dan sampah karena selama ini terhambat dengan daerah lain yang berbatasan langsung yaitu Jawa Barat dan Banten. Seperti masalah kemacetan, menurutnya, di bawah pemerintah pusat bisa dibangun jalur kereta khusus antara Jakarta dan daerah penyangga.

Yusril menilai pembangunan kereta cepat Jakarta - Bandung tidak efektif dan efisien dalam mengurai masalah macet dan permukiman. Begitu pula halnya dengan banjir, kanal-kanal dapat dibuat di daerah pinggiran Jakarta agar aliran air tersebar.

Sementara untuk sampah, Yusril membanggakan pengalamannya melawan Pemprov DKI Jakarta dalam kasus Godang Tua Jaya. Yusril menilai masalah sampah dapat selesai jika Jakarta menerapkan teknologi daur ulang yang canggih.

Sehingga, tak perlu ada penumpukan di tempat pembuangan dan sampah bisa langsung diolah.

"Kalau saya terpilih gubernur saya mau beli sampah Jakarta yang sudah dipilah-pilah. Bagus kan? Tapi saya sudah telanjur diketawain sama Teman Ahok," ujarnya terkekeh.

Dari sejumlah kebijakan yang ia sampaikan, sebagian besar merupakan kritik dari Gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Kendati demikian Yusril berjanji jika terpilih akan meneruskan program yang sudah baik.

"Saya bukan revolusioner yg menghancurleburkan semua dengan yang baru, saya seorang reformis yang memperbaiki yang salah dan melanjutkan yang baik," katanya.

Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini saat ini tercatat telah mendaftar di empat partai yaitu PDI-P, Demokrat, PKB, dan PAN. Namun hingga saat ini belum ada satupun partai yang mendeklarasikan dukungannya untuk mengusung Yusril.

Sumber : Kompas.com
×
Berita Terbaru Update