Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Prof Imam Suprayogo : Mengubah Hati Seseorang

Senin, 25 Juli 2016 | 10.22 WIB Last Updated 2016-07-25T03:22:43Z

Masing-masing orang memiliki watak atau karakter yang berbeda-beda. Karakter atau watak itu rupanya merupakan pembawaan yang tidak mudah untuk diubah, bahkan lembaga pendidikan sekalipun tidak selalu berhasil mengubah watak seseorang. Itulah sebabnya, sementara orang berpandangan bahwa karakter atau watak itu tidak bisa diubah. Watak sama halnya dengan penampilan fisiknya, juga tidak bisa direkayasa.

Seorang yang pembawaannya gemuk atau sebaliknya kurus tidak bisa diubah mengikuti keinginannya sendiri. Bentuk dan ukuran badan seseorang termasuk bentuk wajahnya tidak dapat diubah. Demikian pula tinggi badan seseorang tidak bisa diatur kembali. Mereka yang tinggi misalnya dipendekkan dan yang pendek ditinggikan. Yang sekiranya masih mungkin diubah adalah bentuk rambutnya, misalnya dari lurus diubah menjadi keriting, atau yang keriting dibentuk kembali menjadi lurus. Akan tetapi dalam waktu tertentu, bentuk rambut dimaksud juga akan kembali ke bentuk semula.

Rupanya kesulitan mengubah itu tidak saja pada aspek fisiknya, melainkan juga menyangkut aspek ruhaninya. Watak, karakter atau akhlak seseorang tidak mudah diubah. Seseorang yang memiliki watak pemarah, bakhil, sombong, pendendam, suka berbohong, dan lain-lain tidak akan mudah diubah, misalnya menjadi sabar, ikhlas, rendah hati, pemaaf, dan semacamnya. Mereka yang bersangkutan sendiri saja ternyata tidak kuasa mengubahnya, dan apalagi orang lain.

Betapa banyak orang berkehendak menyandang jiwa, watak, dan karakter yang baik, tetapi ternyata keinginan itu tidak mudah diwujudkan. Para pencuri, perampok, pencopet atau apa saja istilahnya yang memiliki arti serupa itu, mereka tidak mampu menghentikan perilaku buruknya itu. Mereka sebenarnya mengetahui bahwa pekerjaannya itu tercela, tetapi tetap saja dilaksanakan. Contoh lainnya, seseorang yang berjiwa pemarah, sombong, hasut, pendengki, dan semacamnya, sekalipun menyadari bahwa berbagai sifat itu buruk, tetapi juga tidak mudah menghentikan dirinya sendiri dari sifat itu.

Masih merupakan contoh serupa lainnya, seseorang yang suka berbohong, menipu, mengakali orang lain, oleh karena perilaku itu sudah menjadi watak atau karakternya, maka tidak mudah diubah. Pendidikan dalam waktu lama sekalipun tidak selalu sukses mengubah karakter seseorang. Tidak sedikit orang yang berpendidikan tinggi, hingga menjadi sarjana, tetapi watak dan karakternya belum bisa berubah. Mereka yang suka berbohong, ternyata kesukaannya itu sekalipun menjadi sarjana tidak bisa berhenti. Bahkan kebohongannya semakin halus, sehingga orang yang dibohongi tidak merasakannya.

Pada diri seseorang, hati memiliki peran yang amat sentral. Hatilah sebenarnya yang menentukan semua perilaku manusia. Disebutkan di dalam Hadits Nabi bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Manakala daging yang dimaksudkan itu baik, maka baiklah semua perilaku manusia, dan begitu pula sebaliknya. Daging yang dimaksudkan itu adalah hati, dan sebenarnya yang dimaksudkan itu adalah bukan hatinya secara fisik, melainkan apa yang ada di dalam hati itu, ialah ruh.

Aspek terpenting pada diri manusia, yaitu ruh, di dalam penjelasan al Qur�an adalah diurus oleh Tuhan. Manusia tidak akan mampu mengurus dan memperbaiki apa yang ada di dalam hati seseorang, termasuk yang ada pada dirinya sendiri. Juga disebutkan bahwa di dalam hati seseorang terdapat penyakit. Manakala penyakit itu tidak dicabut atau dihilangkan, maka perilaku seseorang tidak akan berubah. Sedangkan yang dimaksud penyakit hati itu misalnya adalah iri hati, dengki, sombong, bakhil, dan sejenisnya.

Memperbaiki ruh, menurut petunjuk al Qur�an dalah melalui shalat. Disebutkan bahwa shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dalam ayat lainnya disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah lagi kikir, manakala ditimpa kesusahan maka ia berkeluh kesah, dan apabila mendapatkan kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang shalat. Maka untuk memperbaiki hati, karakter, atau akhlak, bukan melalui penataran, pendidikan atau pengajaran yang diberikan oleh guru, melainkan melalui shalat yang khusu�. Orang yang shalat secara khusu�, maka ruhnya akan dijauhkan dari berbagai jenis penyakit hati. Dengan demikian, ruh itu akan sehat, dan perilaku yang bersangkutan akan berubah menjadi baik. Wallahu a�lam

×
Berita Terbaru Update