Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

4 Alasan Kenapa Sandiaga Uno Tidak Pantas Jadi Gubernur DKI Jakarta

Rabu, 14 September 2016 | 17.17 WIB Last Updated 2016-09-14T10:17:24Z
 
Beberapa waktu belakangan ini, publik sempat diramekan dengan berita deklarasi beberapa tokoh nasional untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Yang pertama adalah Sandiaga Uno, pengusaha muda yang termasuk 100 orang terkaya di Indonesia. Sedangkan yang lainnya adalah Adhyaksa Dault, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga di era pertama Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Kalau putra dari Mien Uno ini memang akan serius mencalonkan diri sebagai DKI 1 melawan Gubernur incumbent Basuki Tjahaha Purnama alias Ahok.

Melihat sepak terjang pengusaha muda tersebut selama ini, ditambah dengan rekam jejaknya, dapat disimpulkan kalau Sandi, panggilan akrab keponakan dari tokoh pendidikan Arief Rahman tersebut, tidak pantas menjadi gubernur. Apa saja alasannya?

1. Terlalu Banyak Penghargaan

Sebagai seorang pebisnis yang telah berpengalaman, Sandi telah menerima banyak penghargaan yang terkait dengan sepak terjangnya di dunia usaha. Sebut saja misalnya Indonesian Entrepreneur of The Year pada ajang Anterprise Asia. Selain itu ia juga pernah diganjar sebagai orang terkaya di Asia oleh majalah Globe Asia pada tahun 2009 dan terkaya di Indonesia urutan ke-63 oleh majalah yang sama. Bahkan pada tahun 2011 Sandi ditempatkan di urutan ke-37 sebagai terkaya di Indonesia versi majalah Forbes.

Dengan modal kekayaan sebanyak itu, Sandi nyaris tidak punya (kalau tidak boleh dikatakan “tidak ada”) kepentingan dengan siapapun parpol yang mendukungnya nanti. Uang? Dia tidak butuh.  Kekayaannya yang mencapai 245 juta (dollar lho ya, bukan rupiah) tentu tidak sebanding dengan sogokan-sogokan para pengusaha kalau dia nanti menjadi pejabat. Bahkan APBD DKI sendiri di bawah itu. Sementara gubernur sangat rawan dengan godaan-godaan model begituan yang bisa berpengaruh terhadap kebijakan. Maka Sandi tidak pantas menjadi gubernur karena dia bakalan kebal terhadap tawaran model bawah tangan ini.

2. Terlalu Sering Jadi Ketua

Sebagai anak muda yang punya karir cemerlang kayak batu akik abis digosok, Sandi memiliki banyak pengalaman berorganisasi baik lokal maupun kelas dunia. Tidak perlu menyebut organisasi intra sekolah atau intra kampus bangsanya OSIS, BEM atau yang sejenisnya ya… Ini organisasi profesional dan non profesional yang punya lingkup lebih luas, let’s say, Kamar Dagang Indonesia alias KADIN di mana ia menjadi Wakil Ketua Umum untuk Bidang Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi.

Selain itu ia didaulat juga buat jadi Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Jangan salah, HIPMI bukan organisasi ecek-ecek sekelas komunitas biasa. Ini adalah lembaga skala nasional yang anggotanya lebih dari 30 ribu pengusaha. Sandi ditunjuk untuk menduduki jabatan itu dari 2005 sampai 2008 yang lalu. Di bidang olahraga, ia juga menjadi manajer tim nasional untuk bola basket putri Indonesia yang sukses mengantarkan ke ajang SEA Games 2005 di Filipina serta menjadi Ketua Umum Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI). Ini belum termasuk jabatannya sebagai CEO di berbagai perusahaan, termasuk perusahaannya sendiri.

Sebut saja PT Adaro dan PT Recapital Advisors. Jadi, kalau boleh dibanding-bandingkan, Sandiaga Uno mirip dengan mantan Presiden RI BJ Habibie. Jauh sebelum menjadi presiden, Habibie adalah profesional tulen yang telah menempati posisi eksekutif di berbagai perusahaan dan institusi bisnis, baik di Jerman maupun di Indonesia. Konon Habibie memimpin lebih dari 60 perusahaan secara bersamaan di satu waktu.

Karena pengalamannya sebagai ketua organisasi skala nasional sudah begitu banyak, maka Sandi tidak pantas menjadi gubernur yang lingkupnya hanya provinsi.

3. Terlalu Pintar

Ada ungkapan yang mengatakan, kalau bangsanya bangsa kambing, maka pemimpinnya juga harus berkualitas kambing. Kalau bangsanya bangsa singa, maka pemimpinnya juga harus berkualitas singa. Soekarno, presiden RI yang pertama, memiliki visi misi pembangunan yang jauh  melampaui bangsanya. Tapi karena rakyat Indonesia saat itu pendidikannya masih rendah, yang ngerti sama tulisan dan pemikiran Bung Karno hanyalah kalangan terdidik. Dan itu pun ga semuanya paham.

Sandi termasuk orang yang pintar. Ia bahkan berhasil meraih indeks prestasi kumulatif sempurna (4,00) tahun 1992. Dan kampusnya bukan di dalam negeri, tapi di George Washington University, alias di Abang Sam. Sebelumnya ia sukses pula meraih predikat summa cum laude di Wichita State University tahun 1990. Padahal, jangankan meraih predikat cum laude di luar negeri, di dalam negeri pun tidak semua mahasiswa mampu mendapatkannya. IPK sempurna pun juga jarang. Maka kalau Sandi bisa meraihnya di kampus luar negeri, berarti ia memang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Maka dia tidak pantas menjadi gubernur yang banyak orang rata-rata bisa meraih posisi tersebut.

4. Terlalu ‘Entrepreneurship Mindset’


Ini barangkali alasan terkuat kenapa Sandiaga Uno tidak pantas jadi gubernur. Ia punya prinsip kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas. Jangan ditanya seberapa kerasnya Sandi bekerja untuk membangun bisnisnya. Ia bekerja lebih dari 60 jam per minggu. Jangan pernah berpikir kalau hidup sehari-harinya persis rata-rata orang kebanyakan yang masuk jam 8 pulang jam 5 sore. Sandi bahkan memulai rapat strategi dengan staf-stafnya jam 11. Bukan siang lho ya, tapi 11 malam! Dan keputusan rapat harus keluar sebelum jam 12 malam.

Dalam buku True Spirit of Sandiaga Uno yang ditulis Ira Puspito Rini, Sandi memotivasi orang kebanyakan dengan pola pikir revousioner: “Anda bekerja delapan jam per hari untuk bertahan hidup, lebih dari delapan jam sehari adalah untuk kesuksesan.”

Pengen sukses, ya harus mau rapat malam-malam, mikirin bisnis saat orang lain udah pada tidur, berkutat di kantor saat yang lain menikmati liburan bersama keluarga, atau tidak menikmati hasil dalam waktu dekat. Ini adalah pola pikirnya seorang pengusaha sejati, yang memiliki kesuksesan karir 24 karat. Ini role model buat kita-kita yang hidupnya masih taraf “begini-begini saja”.

Terus, kalau Sandiaga Uno tidak pantas menjadi gubernur, dia pantasnya jadi apa, dong?

Ya, jadi Presiden lah…Masak orang sekaliber Sandi hanya boleh jadi gubernur.

Kalau kata Bang Haji Rhoma Irama: “Sungguh terlalu….”
 
Sumber : ayobuka.com
×
Berita Terbaru Update