Kerinci - Untuk diketahui bahwa peran lembaga survei mulai menjadi trend yaitu sejak tahun 2004, baik di pemilu legislatif maupun pilpres, pada saat itu para politisi dan partai politik sudah terbiasa dan akrab dengan lembaga survei yang ada saat itu, jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga survei memenuhi media-media nasional untuk dipublikasikan.
Pasca 2004, lembaga survei semakin berkibar di Indonesia, dalam pemilu 2009 lembaga survei tidak bisa dipisahkan lagi dari pesta demokrasi yang digelar diseluruh penjuru negeri ini. Pro-Kontra mulai terjadi saat itu. Setiap kandidat calon kepala daerah yang ingin maju didaerah pemilihan masing-masing, berani mengeluarkan ongkos/dana untuk melakukan survei untuk kepentingan dalam memenangkan pilkada yang akan diikuti.
Dengan berperannya lembaga survei yang profesional, membuat kehidupan pesta demokrasi di Indonesia menjadi lebih maju, lebih terukur dan bisa diprediksi, hasil survei dari lembaga tersebut bisa menjadi kajian oleh para politikus, akademisi dan masyarakat pada umumnya.
Bila kita lihat ke belakang, menjelang pilkada serentak yang dilaksanakan 15 Pebruari 2017 yang dikuti 101 daerah, komisi pemilihan umum (KPU) menghimbau kepada seluruh lembaga survei yang terdaftar secara resmi dan sah untuk menjaga integritasnya dalam menjalankan peran lembaga survei tersebut.
Peneliti Senior LIPI Siti Zuhro berpendapat bahwa perlu aturan yang jelas untuk memisahkan antara lembaga survei dan Konsultan politik maupun tim sukses, hal ini untuk menghindari terjadinya pembohongan publik, pendapatnya fungsi lembaga survei sudah mulai ada yang melenceng sejak 2008, yang seharusnya lembaga survei bersifat terbuka, transfaran dan punya integritas, tapi justeru sebaliknya.
Untuk provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Kerinci yang ikut dalam pilkada serentak jilid III yang akan dilaksanakan 27 Juni 2018 yang diikuti oleh 171 daerah terdiri 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten, yang tahapan pilkada dimulai Agustus 2018.
Ada lembaga survei yang telah melakukan survei di Kerinci sebelum pilkada serentak jilid III digelar, tentu hal ini sah-sah saja bila memang dilakukan dengan terbuka, transfaran, objektif dan berintegritas.
Beberapa lembaga survei yang biasa melakukan Survei di Kerinci, baik survei lokal maupun nasional. Lembaga survei lokal Idea Institute Jafar Ahmad, Sigma Indonesia Darmawansyah Putra, lembaga survei nasional seperti, Indo Barometer, LSI, Charta Politika dan lainnya.
Sebagaimana diketahui Idea Institute sudah beberapa kali mengeluarkan hasil survei yang dilakukan di Kerinci, pada tahun 2013 yang dipublikasikan di hotel Mahkota Sutis Sungai Penuh, Adirozal berada pada posisi tertinggi untuk dipilih masyarakat Kerinci, berada pada posisi 13.3 persen mengungguli Incumbent bupati Murasman 11.1 persen sat itu. Dan Adirozal akhirnya terpilih menjadi bupati Kerinci, berdasarakan keputusan Mahkamah Konstitusi RI.
Menjelang pilkada 2018 Idea Institute Kembali merilis hasil survei yang dilakukan oleh lembaganya, tapi survei kali ini lebih menitik-beratkan pada tokoh Kerinci Hilir, survei yang dilakukan sejak 13-16 Maret 2017 dengan jumlah 600 responden, 147 desa yang dipilih secara acak dari Kerinci Mudik hingga Kerinci Hilir.
Dari survei yang dilakukan kali ini untuk tingkat populeritas tokoh Kerinci Hilir, M Rahman 40%, Hasani Hamid 60 %, Zainal Abidin 75%, Herman 15 %, Candra Purnama 24 % dan dasra 40%.
Namun survei Idea Institute kali ini menyisakan sejumlah pertanyaan dan keraguan pada hasil survei tersebut. Beberapa balon kandidat bupati Kerinci Hilir, malalui orang dekatnya komplain dan mempertanyakan hasil dari survei Idea Institute kali ini. Karena ada beberapa balon bupati Kerinci tidak disurvei oleh Idea Institute.
Hal ini terbukti dengan bertemunya beberapa orang balon bupati Kerinci dari Kerinci Hilir untuk menggunakan survei nasional sebagai lembaga survei yang akan menyurvei balon bupati Kerinci yang punya kans dan peluang kuat untuk menjadi Bupati Kerinci.
Bahkan, menurut informasi dari timses dan orang dekat, balon bupati Kerinci Hilir sudah ada yang menyewa lembaga dan konsultan politik tersendiri untuk mendongkrak populeritasnya pada pilkada Kerinci 2018. Namun sayang lembaga yang pakai oleh balon bupati Kerinci tersebut tidak merilis hasil survei lembaga yang dipakainya, padahal masyarakat Kerinci menjelang pilkada serentak 2018 menunggu hasil survei lembaga manapun sebagai acuan dan kajian dalam menentukan pilihan nantinya.
Menjelang pilkada 2018 Idea Institute Kembali merilis hasil survei yang dilakukan oleh lembaganya, tapi survei kali ini lebih menitik-beratkan pada tokoh Kerinci Hilir, survei yang dilakukan sejak 13-16 Maret 2017 dengan jumlah 600 responden, 147 desa yang dipilih secara acak dari Kerinci Mudik hingga Kerinci Hilir.
Dari survei yang dilakukan kali ini untuk tingkat populeritas tokoh Kerinci Hilir, M Rahman 40%, Hasani Hamid 60 %, Zainal Abidin 75%, Herman 15 %, Candra Purnama 24 % dan dasra 40%.
Namun survei Idea Institute kali ini menyisakan sejumlah pertanyaan dan keraguan pada hasil survei tersebut. Beberapa balon kandidat bupati Kerinci Hilir, malalui orang dekatnya komplain dan mempertanyakan hasil dari survei Idea Institute kali ini. Karena ada beberapa balon bupati Kerinci tidak disurvei oleh Idea Institute.
Hal ini terbukti dengan bertemunya beberapa orang balon bupati Kerinci dari Kerinci Hilir untuk menggunakan survei nasional sebagai lembaga survei yang akan menyurvei balon bupati Kerinci yang punya kans dan peluang kuat untuk menjadi Bupati Kerinci.
Bahkan, menurut informasi dari timses dan orang dekat, balon bupati Kerinci Hilir sudah ada yang menyewa lembaga dan konsultan politik tersendiri untuk mendongkrak populeritasnya pada pilkada Kerinci 2018. Namun sayang lembaga yang pakai oleh balon bupati Kerinci tersebut tidak merilis hasil survei lembaga yang dipakainya, padahal masyarakat Kerinci menjelang pilkada serentak 2018 menunggu hasil survei lembaga manapun sebagai acuan dan kajian dalam menentukan pilihan nantinya.