Setelah Rawang, Sungaipenuh, Pesisir Bukit, kini giliran Lawang Agung sasaran gempuran Pejuang Benahi Negeri. Kawasan ‘pelangi’ yang jadi lirikan ketiga pasangan calon (paslon), Herman Muchtar-Nuzran Joher (HMNJ) sengaja menurunkan para bintang ke tengah gelanggang.
Para tokoh Adat Depati Payung Pahdi Edwar Senapan, Efendi Yatim,
Suhatrum Nikelas, Amri Hamzah dan tokoh adat lainnya. Menyusul Dr
Khairudin, Prof Dr Basyarudin dari Jakarta, Achyarman (Padang), Mulyono
(Pekanbaru) dan Pahmi Rizal Gadin (Jambi). Sebelumnya, Mairizal Meirad
dan Budi Isman, Tokoh Minang Khairil Amri (Gapun), Hendra Priyadi dan
Risnal sengaja datang dari Jakarta khusus menggalang dukungan untuk
HMNJ.
Masyarakat menyambut antusias, massa pun membludak. Bahkan, massa Lawang
Agung lebur bersama ikut bergoyang ria dengan iringan lagu Kita Bisa
Karno Busamo (KBKB). Bahkan, massa yang berada di rumah pun ikut
bergoyang. Ini rekor tertinggi kampanye pilwako khusus di Simpang
Panik, Lawang Agung.
“Mantap iko yang namonyo kampanye. Massanyo jaleh, jurkamnyo berkelas
dan calon pun gagah-gagah. Visi misi sarato program nan disampaikan
mantap. Kalu mode ko sabana barubah Sungaipanuah,”
Tokoh Adat Pondoktinggi Efendi Yatim minta masyarakat Lawang Agung tidak
takut dengan intimidasi yang dilakukan kelompok lain. Dia minta
masyarakat memantapkan hati untuk memilih pasangan calon yang
benar-benar sesuai dengan nurani. “Jika ingin berubah, tidak ada pilihan
lain Herma Muchtar-Nuzran Joher. Pilih yang ditengah-tengah nomor dua,”
kata Efendi yang disambut yel-yel massa yang hadir.
Pahdi
pun mengingatkan masyarakat untuk tidak terbujuk dengan iming-iming
sejumlah uang yang diberikan paslon lain. Menurutnya, jika ada yang
menaburkan uang nantinya masyarakat yang akan sengsara. Pembangunan
daerah ini yang akan terbengkalai. Sebab, Itu uang rakyat. “Apakah kita
sanggup membayar ratusan juta untuk jadi PNS. Apa kita rela membayar
jutaan uang hanya untuk jadi tenaga honorer. Bahkan, pegawai yang ingin
menempati jabatan eselon pun di Kota Sungaipenuh harus bayar. Apa
kita rela. Jika rela alangkah bodohnya masyarakat Kota Sungaipenuh,”
tegas mantan Camat Sungaipenuh disambut yel-yel massa.
Dr Khairuddin minta kepada masyarakat yang menghuni ajun arah Depati
Payung dapat berpikir logis tentang pemimpin Kota Sungaipenuh lima tahun
mendatang. Para tokoh, khususnya Pondoktinggi baloik basamo karena
prihatin dengan nasib masyarakat Kota Sungaipenuh. “Kota ini tertinggal,
masyarakat hidup susah. Apa kita masih betah hidup dengan kesusahan
ini. Sudahlah, kita berbenah. Kita cari pemimpin yang benar-benar punya
niat untuk membangun, bukan mencari uang,” tegas Khairudin.
Sebagai tokoh Depati Nan Bertujuh dirantau, Khairud mengingatkan para
pemangku adat untuk mengajun dan mengarah anak jantan dan anak batino ke
arah yang lebih baik. Jangan menyesatkan mereka, jangan pula sampai
para depati yang ikut menyengsarakan mereka dengan cara memilih pemimpin
yang salah.
“Bukeak mato, kimok jloah-jloah. Ilok apo ideak, majeu kota kito neh apo
mundur. Kalu ijea kemajuan sudoah. Ineh ngan ilok, kamai buea dari
rante,” kata Khairud yang mengaku punya beban moral untuk memajukan Kota
Sungaipenuh.
Dr Basyarudin tampil memukau. Tokoh masyarakat Kerinci di Jakarta ini
menantang masyarakat Pondoktinggi. Menurutnya, jika salah memilih
pemimpin, masyarakat Pondoktinggi yang pertama kali harus
bertanggungjawab. Sebab, Pondoktinggi punya andil besar 12 ribu mata
pilih.
“Sebaliknya, jika berhasil memilih pemimpin yang baik yang bisa
memajukan dan memakmurkan masyarakat Kota Sungaipenuh. Kita harus angkat
jempol dengan masyarakat Pondoktinggi. Berarti masyarakat Pondoktinggi
cerdas,” tegas Basyarudin yang disambut massa Pondoktinggi. “Kamai siap
pilih Andok Man Buya Nuzran. Inehnyo pemimpin kito,” teriak massa. (dev/Benahinegeri.com)