Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Prof Imam suprayogo : Berkunjung Ke Thaif

Kamis, 04 Februari 2016 | 11.16 WIB Last Updated 2016-02-04T04:16:11Z

Nama tempat di wilayah Saudi Arabia ini saya kenal sudah lama, yaitu sejak menjadi murid Madrasah Diniyah, ketika belajar ilmu hadits. Dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad pernah datang ke Thaif untuk berdakwah. Dalam kisahnya, ajakan pada Islam tersebut bukan disambut dengan sukacita, tetapi sebaliknya, Utusan Allah itu justru diusir dan dilempari batu hingga berdarah.

Sejak mendapatkan pelajaran itu, saya mengira bahwa letak Thaif tidak jauh dari Masjidil Haram, atau paling tidak berada di sekitar kota Makkah. Dari pelajaran hadits itu, kesulitan Nabi dalam berdakwah ke Thaif adalah karena daerahnya bebatuan, udaranya panas, dan sulit air. Namun ternyata tidak sebatas itu, setelah enam bulan lalu, saya diajak beberapa teman berkunjung ke tempat itu, lokasi dakwan Nabi yang diceritakan dalam hadits itu cukup jauh dari kota Makkah.

Berkendaraan Bus, perjalanan dari Makkah ke Thaif memerlukan waktu kira-kira 2 jam. Kondisi jalan menuju ke daerah itu, sebagaimana jalan-jalan besar di Saudi Arabia cukup bagus, sehingga bisa dibayangkan, jarak itu memang cukup jauh. Terasakan sama, jarak antara dari Makkah ke Jeddah dan dari Makkah ke Thaif, hanya arahnya saja berlawanan. Keterangan ini untuk menggambarkan, betapa beratnya, Nabi Muhammad harus berjalan sejauh itu untuk berdakwah dan ternyata disambut dengan kekerasan.

Sekarang ini banyak orang berdatangan ke Thaif, bukan untuk berdakwah, melainkan untuk bersenang-senang, berekreasi, menikmati keindahan wilayah itu. Gunung di Thaif berjajar-jajar dan bebatuan yang tampak keras diperindah dengan dibangun jalan yang berkelok-kelok sehingga dari kejuahan tampak sangat indah. Pada gunung-gunung itu tidak ada tanaman kayu sebagaimana di Indonesia, sehingga banyak mobil yang lalu lalang dan saling menyalip di tebing-tebing gunung itu tampak menambah keindahannya.

Untuk menikmati keindahan tempat itu, di Thaif juga sudah dibangun kereta gantung yang panjangnya hingga beberapa kilometer, menghubungkan antara bawah gunung hingga puncaknya. Bagi orang yang tidak memiliki keberanian, berada di kerata gantung mungkin saja ketakutan. Dari kereta gantung itu, siapa saja bisa melihat tebing-tebing gunung yang curam, batu keras, mobil-mobil di bagian bawah gunung yang lalu lalang, dan juga tidak ketinggalan adalah kera-kera hutan yang sedang bergerombol, berebut sesuatu, dan berlarian.

Di antara berbagai hal menarik yang saya lihat di Thaif adalah tanaman bunga di sela-sela batu di gunung itu. Melihat tanaman tersebut terkesan, bahwa orang Arab ternyata tidak mau menyerah pada keadaan dan apalagi berputus asa. Di tebing-tebing gunung yang panas dan tandus itu dibuat saluran air melalui pipa-pipa. Entah dari mana sumber air itu diperoleh. Selanjutnya, tanah yang luasnya amat terbatas, oleh karena kebanyakan berupa bebatuan, ditanami berbagai macam bunga, sehingga tebing itu kelihatan indah.

Melihat Thaif sekarang tentu sangat berbeda dari Thaif pada zaman dulu di masa kehidupan Rasulullah. Sekarang ini tempat itu telah berhasil diperindah dengan berbagai macam fasilitas rekreasi, mulai dari adanya jalan luas di tebing-tebing gunung, bermacam tanaman bunga, pertokoan, dan lain-lain. Sangat berbeda dari sekarang, dulu pada zaman Rasulullah sebenarnya Thaif juga telah diperindah, yaitu dengan mengajak para penduduknya memeluk Islam. Keindahan hati dari menjalankan ajaran Rasulullah sesungguhnya tidak kalah dibanding dengan pemandangan yang dibuat melalui teknologi sekarang ini. Wallahu a�lam - See more at: 


×
Berita Terbaru Update