Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Prof Imam Suprayogo : Aspek Strategis Untuk Memperbaiki Bangsa

Senin, 25 April 2016 | 10.24 WIB Last Updated 2016-04-25T03:24:35Z
Persoalan bangsa ini tidak akan selesai hanya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena tidak dikelola dengan tepat, maka bangsa ini akan menjadi terperosok lebih jauh pada tebing kehancuran.  Problem bangsa ini bukan hanya kekurangan beras, kemacetan di jalan raya, langkanya lapangan kerja, banjir, kepadatan penduduk, perumahan kumuh, tetapi adalah terletak pada suasana hati yang tidak mendukung pada lahirnya kesejahteraan, kedamaian, keadilan, dan kebersamaan. 

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekalipun bertujuan untuk kesejahteraan, bisa saja berbalik, yaitu  justru akan melahirkan kesenjangan yang semakin jauh. Mereka yang kaya menindas yang miskin dan lemah, sehingga kemajuan itu hanya akan dinikmati oleh mereka yang kuat, siapapun dan dari manapun asal usul orangnya. Keadaan yang demikian itu menjadikan sumber persoalan baru yang tidak mudah diselesaikan.

Keadaan sebagaimana digambarkan tersebut sebenarnya telah terjadi dan kelihatan secara nyata. Di tengah masyarakat miskin yang tidak berdaya terdapat beberapa orang yang sangat berlebihan. Mereka membangun rumah mewah, pusat-pusat perdagangan, hotel hingga bangunannya menjulang tinggi ke langit dengan berbagai fasilitasnya. Dalam keadaan seperti itu, mereka belum tentu peduli pada orang-orang yang serba kekurangan dan  berada di sekelilingnya.

Maka, persoalan bangsa ini sebenarnya adalah menyangkut kesenjangan, ketidak-adilan, tidak peduli sesama, dan sejenisnya. Sebagian orang dari akibat  sikap tamak, rakus, berlebih-lebihan, dan ingin menguasai semuanya, mereka melakukan apa saja tanpa memperhitungkan kehidupan orang lain. Berbekalkan modal, teknologi, manajemen, dan sejenisnya, mereka membuka usaha ekonomi besar-besaran tanpa memperdulikan orang lain. Akibatnya, banyak orang tersisih dan harus pergi mencari alternatif lapangan kehidupan lainnya.

Berebut atau berkompetisi antar kekuatan yang tidak seimbang secara terbuka maka sudah pasti mereka yang kuat akan menang, sebaliknya yang lemah  akan kalah dan  tersisih. Banyaknya  pekerja tanpa bekal ilmu dan ketrampilan lari keluar negeri adalah bentuk konkrit dari adanya proses persaingan yang tidak seimbang dimaksud. Mereka yang lari ke luar negeri tersebut masih dianggap beruntung,  oleh karena  sebenarnya masih banyak yang harus bertahan oleh karena ketidak-mampuannya.

Membangun kebersamaan, kepedulian, keadilan, dan sejenisnya, untuk meraih kesejahteraan yang lebih merata sebenarnya bisa saja dilakukan melalui kebijakan pemerintah, tetapi ternyata pelaksanaannya juga tidak mudah. Yang selama ini tampak, dengan berbagai dalihnya, kebijakan pemerintah tidak sedikit yang justru berpihak pada orang yang kuat  dan sekaligus berdampak semakin meminggirkan orang lemah yang seharusnya mendapatkan bantuan dan perlindungan.

Dahulu di zaman penjajahan muncul  kebijakan yang disebut  dengan  istilah politik etis. Pada waktu itu disadari bahwa jika pribumi tidak ditingkatkan pendidikan dan tingkat ekonominya, maka  beresiko akan menjadi beban pihak penjajah sendiri.  Atas dasar pandangan politik etis itu, diberikanlah kesempatan belajar kepada para pribumi sekalipun akhirnya tumbuh gerakan penyadaran  untuk meraih kemerdekaan.  Buahnya adalah pemberdayaan dan penjajahan secara formal menjadi berhasil dihilangkan.

Jika dipahami bahwa kesenjangan yang terlalu lebar adalah hanya menghasilkan kehidupan yang timpang, tidak menjamin kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera, maka seharusnya keadaan sosial ekonomi yang timpang dimaksud  seharusnya segera diubah. Mengubahnya harus melalui penyadaran. Sedangkan kesadaran itu letaknya di hati. Tanpa mengubah aspek hati yang sebenarnya sebagai sumber atau faktor strategis kehidupan seseorang, maka usaha apapun tidak akan benar-benar berhasil.  

Maka, melalui berbagai kegiatan, utamanya pendidikan, seharusnya dikembangkan sifat toleransi, kebersamaan, kepedulian, dan perasaan tidak mau berbeda dari yang lain. Manakala sifat yang dimaksudkan  itu ada dan tumbuh pada setiap hati orang, maka ancaman permusuhan, konflik, persaingan yang tidak seimbang, dan sejenisnya bisa dihindari. Akhirnya, kehidupan ini akan benar-benar menjadi milik bersama. Selain itu, pada akhirnya berbagai jenis kejahatan, tidak terkecuali terorisme  sekalipun,  akan berkurang dengan sendirinya. Wallahu a’lam

Sumber : Imamsuprayogo
×
Berita Terbaru Update