Kejujuran dalam kehidupan ini adalah amat penting dan seharusnya bisa diwujudkan di semua kalangan. Semua orang membutuhan kejujuran. Seseorang yang tidak bisa dipercaya, artinya tidak jujur, maka tidak akan mendapatkan teman. Siapapun tidak akan mau berkawan dengan orang yang tidak jujur. Bahkan pemimpin yang tidak jujur tidak akan diikuti oleh anak buahnya, atau ketika seseorang sudah diketahui tidak jujur, maka tidak akan diangkat menjadi pemimpin.
Bangsa kita sekarang ini sehari-hari ribut oleh adanya perselisihan, saling curiga, saling tidak percaya, konflik, korupsi, penjara menjadi tidak mampu menampung penghuni lagi, dan seterusnya adalah sebagai akibat banyaknya orang yang tidak jujur. Sebaliknya, umpama saja, semua orang mampu berbuat jujur, maka kehidupan ini sebenarnya tidak sulit dijalani dan juga tidak mahal. Hidup menjadi terasa sulit, oleh karena banyak orang tidak jujur.
Diadakannya polisi, jaksa, hakim, KPK, BPK, BPKP, Irjen, dan bahkan juga penjara, sebenarnya semua itu oleh karena banyak orang tidak jujur. Sifat tidak jujur tidak saja dimiliki oleh rakyat biasa, atau orang tertentu, melainkan oleh kebanyakan orang, termasuk para pemimpin organisasi, pengusaha, pendidik dan juga pejabat pemerintah dan lain-lain. Tidak ada jaminan bahwa seseorang berhasil memiliki kejujuran. Bahkan sifat itu ternyata berubah-ubah, yaitu semula jujur di waktu kemudian menjadi tidak jujur
Terkait kejujuran ini, Jika direnungkan secara mendalam, lembaga pendidikan ternyata belum mampu atau belum berhasil mengubah orang dari tidak jujur menjadi jujur, dan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Sebelum masuk sekolah, ketika masih di PAUD atau Taman Kanak-Kanak, tampak mereka sedemikian jujur, tetapi semakin masuk ke jenjang lebih tinggi, dan bahkan tertinggi sekalipun, ���jika kita mau mengakui, menjadi semakin pintar mereka-reka sesuatu atau tegasnya menjadi tidak jujur. Kenyataan yang demikian itu, pada saat sekarang ini, yaitu di tengah-tengah memperingati Hari Pendidikan Nasional, perlu menjadikannya sebagai renungan bersama, bagaimana membuat generasi ini semakin jujur, dan bukan sebaliknya.
Sedemikian penting jujur itu dalam menjalani kehidupan, sehingga Nabi Muhammad, tatkala ditanya oleh seseorang yang datang kepadanya, meminta agar diajari tentang Islam yang ringan tetapi penting, maka oleh utusan Allah dijawab dengan kata sederhana, yaitu : �jangan berbohong�. Oleh si penanya ajaran itu dikiranya gampang dilaksanakan, sehingga ketika meninggalkan tempat itu, dia merasa gembira, ternyata Islam itu mudah dan sederhana, sehingga pasti bisa melaksanakannya. Akan tetapi setelah dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata berbuat jujur itu tidak mudah.
Pada akhir-akhir ini, pendidikan karakter atau juga bisa disebut pendidikan kejujuran semakin dirasakan betapa pentingnya. Bahkan banyak orang terutama para tokoh mengungkapkan, setinggi dan seluas apapun ilmu seseorang, jika tidak diikuti karakter dan kejujuran, maka kelebihan itu tidak akan ada artinya. Siapapun tidak akan mau percaya dan apalagi menjadikannya sebagai teman, dan apalagi sebagai pemimpin terhadap orang yang tidak jujur dan atau tidak dipercaya. Maka, siapapun yang tidak jujur sebenarnya sama artinya dengan orang yang tersiksa, yaitu tatkala mendekat saja, orang yang dikenal tidak jujur selalu dicurigai.
Sifat pembohong atau tidak jujur, sebenarnya adalah merupakan penyakit, yaitu penyakit di dalam hati. Cara menghilangkannya tidak cukup hanya melalui cara sederhana, misalnya memberi pelajaran dengan kurikulum tertentu. Setiap orang sebenarnya sudah mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Jangan mengira bahwa orang yang melakukan korupsi tidak mengetahui bahwa korupsi itu tidak boleh dan dilarang. Merekla pasti sudah mengetahuinya. Persoalannya adalah, oleh karena adanya penyakit yang ada di dalam hati, sehingga seseorang tidak mampu meninggalkan perbuatan tercela dimaksud.
Hal yang bisa dilakukan untuk mendidik agar seseorang menjadi jujur adalah melalui pembiasaan dan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai di sekolah atau lembaga pendidikan, sedikitpun memberi peluang untuk berbuat tidak jujur. Jika dengan ujian misalnya, menjadikan anak tidak jujur, maka tidak perlu ada ujian. Jujur lebih penting dari sekedar ujian. Oleh karena itu, jika ujian sekolah atau ujian nasional memang diperlukan, maka harus dijamin bahwa kegiatan itu tidak justru menumbuhkan sifat yang tercela itu. Selain itu, kejujuran bisa ditumbuhkan dengan cara selalu mengajak untuk mendekatkan diri kepada ajaran dari Tuhan yang dibawa oleh Rasul-Nya. Selalu berusaha mendekat diri pada Allah, Rasul, dan kitab suci-Nya adalah cara tepat bagi siapapun agar hatinya menjadi sehat dan akhirnya mampu berbuat jujur. Wallahu a�lam -
Bangsa kita sekarang ini sehari-hari ribut oleh adanya perselisihan, saling curiga, saling tidak percaya, konflik, korupsi, penjara menjadi tidak mampu menampung penghuni lagi, dan seterusnya adalah sebagai akibat banyaknya orang yang tidak jujur. Sebaliknya, umpama saja, semua orang mampu berbuat jujur, maka kehidupan ini sebenarnya tidak sulit dijalani dan juga tidak mahal. Hidup menjadi terasa sulit, oleh karena banyak orang tidak jujur.
Diadakannya polisi, jaksa, hakim, KPK, BPK, BPKP, Irjen, dan bahkan juga penjara, sebenarnya semua itu oleh karena banyak orang tidak jujur. Sifat tidak jujur tidak saja dimiliki oleh rakyat biasa, atau orang tertentu, melainkan oleh kebanyakan orang, termasuk para pemimpin organisasi, pengusaha, pendidik dan juga pejabat pemerintah dan lain-lain. Tidak ada jaminan bahwa seseorang berhasil memiliki kejujuran. Bahkan sifat itu ternyata berubah-ubah, yaitu semula jujur di waktu kemudian menjadi tidak jujur
Terkait kejujuran ini, Jika direnungkan secara mendalam, lembaga pendidikan ternyata belum mampu atau belum berhasil mengubah orang dari tidak jujur menjadi jujur, dan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Sebelum masuk sekolah, ketika masih di PAUD atau Taman Kanak-Kanak, tampak mereka sedemikian jujur, tetapi semakin masuk ke jenjang lebih tinggi, dan bahkan tertinggi sekalipun, ���jika kita mau mengakui, menjadi semakin pintar mereka-reka sesuatu atau tegasnya menjadi tidak jujur. Kenyataan yang demikian itu, pada saat sekarang ini, yaitu di tengah-tengah memperingati Hari Pendidikan Nasional, perlu menjadikannya sebagai renungan bersama, bagaimana membuat generasi ini semakin jujur, dan bukan sebaliknya.
Sedemikian penting jujur itu dalam menjalani kehidupan, sehingga Nabi Muhammad, tatkala ditanya oleh seseorang yang datang kepadanya, meminta agar diajari tentang Islam yang ringan tetapi penting, maka oleh utusan Allah dijawab dengan kata sederhana, yaitu : �jangan berbohong�. Oleh si penanya ajaran itu dikiranya gampang dilaksanakan, sehingga ketika meninggalkan tempat itu, dia merasa gembira, ternyata Islam itu mudah dan sederhana, sehingga pasti bisa melaksanakannya. Akan tetapi setelah dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, ternyata berbuat jujur itu tidak mudah.
Pada akhir-akhir ini, pendidikan karakter atau juga bisa disebut pendidikan kejujuran semakin dirasakan betapa pentingnya. Bahkan banyak orang terutama para tokoh mengungkapkan, setinggi dan seluas apapun ilmu seseorang, jika tidak diikuti karakter dan kejujuran, maka kelebihan itu tidak akan ada artinya. Siapapun tidak akan mau percaya dan apalagi menjadikannya sebagai teman, dan apalagi sebagai pemimpin terhadap orang yang tidak jujur dan atau tidak dipercaya. Maka, siapapun yang tidak jujur sebenarnya sama artinya dengan orang yang tersiksa, yaitu tatkala mendekat saja, orang yang dikenal tidak jujur selalu dicurigai.
Sifat pembohong atau tidak jujur, sebenarnya adalah merupakan penyakit, yaitu penyakit di dalam hati. Cara menghilangkannya tidak cukup hanya melalui cara sederhana, misalnya memberi pelajaran dengan kurikulum tertentu. Setiap orang sebenarnya sudah mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Jangan mengira bahwa orang yang melakukan korupsi tidak mengetahui bahwa korupsi itu tidak boleh dan dilarang. Merekla pasti sudah mengetahuinya. Persoalannya adalah, oleh karena adanya penyakit yang ada di dalam hati, sehingga seseorang tidak mampu meninggalkan perbuatan tercela dimaksud.
Hal yang bisa dilakukan untuk mendidik agar seseorang menjadi jujur adalah melalui pembiasaan dan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai di sekolah atau lembaga pendidikan, sedikitpun memberi peluang untuk berbuat tidak jujur. Jika dengan ujian misalnya, menjadikan anak tidak jujur, maka tidak perlu ada ujian. Jujur lebih penting dari sekedar ujian. Oleh karena itu, jika ujian sekolah atau ujian nasional memang diperlukan, maka harus dijamin bahwa kegiatan itu tidak justru menumbuhkan sifat yang tercela itu. Selain itu, kejujuran bisa ditumbuhkan dengan cara selalu mengajak untuk mendekatkan diri kepada ajaran dari Tuhan yang dibawa oleh Rasul-Nya. Selalu berusaha mendekat diri pada Allah, Rasul, dan kitab suci-Nya adalah cara tepat bagi siapapun agar hatinya menjadi sehat dan akhirnya mampu berbuat jujur. Wallahu a�lam -
Sumber : Imamsuprayogo.com